TAWASSUTH.ID – Memaknai judul di atas, setidaknya ada dua poin penting yang perlu dipaparkan di sini, yaitu arah atau langkah melahirkan santri masa depan dan arah masa depan santri. Melahirkan dan mempersiapkan santri masa depan dan masa depan santri bukanlah pekerjaan mudah. Banyak tantangan yang dihadapi dan faktor yang perlu diperhatikan. Berkaitan dengan yang terakhir, maka ada beberapa faktor dan langkah melahirkan santri masa depan. Beberapa faktor dan langkah tersebut, di antaranya;
Pertama, pendidikan agama (tarbiyyah dīniyyah). Pendidikan agama merupakan pondasi (asās) yang kuat dan kokoh yang ditanamkan pada diri santri. Dengan pondasi ini akan menjadi modal santri dalam bertindak dan berinteraksi (ta’āmul) dengan lainnya dalam semua kondisi dan situasi. Pondasi ini juga harus diajarkan secara totalitas, bukan parsial (juz’iyyah) serta santri didorong untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Santri yang menguasai pendidikan agama yang kuat tentu akan siap menghadapi segala bentuk tantangan masa depan yang berbeda dengan masa kini dan masa lalu. Masa lalu (al-māḍi) adalah masa yang telah lewat. Masa kini (al-hāḍir) adalah masa yang sedang dijalani. Sementara masa akan datang (mustaqbal) adalah masa yang akan dihadapi dengan penuh tantangan dalam berbagai lini kehidupan.
Kedua, pembentukan karakter. Santri di pesantren dibentuk, dibekali, dididik, dan dibiasakan dengan berbagai macam karakter, sehingga mereka terbiasa mengimplementasikannya di manapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun, seperti; sabar, jujur, sederhana, disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan sebagainya. Dengan karakter seperti itu, santri dapat bertahan hidup dengan siapapun dan mudah berinteraksi, serta berbaur dengan masyarakat dan komunitas manapun tanpa memandang dan membedakan status sosial, ras, bangsa, ideologi dan lainnya. Santri masa depan adalah santri yang sudah siap mengaplikasikan semua nilai-nilai karakter dan memberi suri tauladan yang baik (uswatun ḥasanah) dalam ucapan, tindakan, dan sikap untuk ditiru oleh orang lain.
Ketiga, pembelajaran pengetahuan. Santri harus memiliki dan menguasai banyak pengetahuan, baik yang diperoleh melalui jenis pendidikan formal, informal, maupun non formal. Selain itu, sangat penting juga diajarkan pelajaran-pelajaran ilmiah, literasi, berpikir kritis, berpikir kreatif, cara menemukan hal-hal yang baru, dan kemampuan memecahkan masalah (ḥill al-musykilah) dengan benar dan tepat, sehingga mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalahnya sendiri dan juga masalah orang lain, karena masalah yang muncul masa yang akan datang adalah masalah kehidupan yang sangat komplek dan memerlukan penyelesaiannya dengan cepat dan tepat.
Keempat, bahasa dan budaya. Santri harus diajarkan untuk memahami bahasa (lughah) dan budaya (tsaqāfah) sendiri, serta bahasa dan budaya-budaya lain. Ini dilakukan untuk membuka cakrawala pemikiran mereka, mempromosikan toleransi, memiliki banyak informasi, dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang dunia. Menguasai bahasa dan budaya, termasuk bahasa dan budaya global adalah salah satu cara menguasai dunia, karena kuncinya sudah dimiliki. Banyak bahasa dan budaya yang dikuasai, tentu akan lebih mudah menyampaikan pesan-pesan dakwah dan ajaran Islam kepada seluruh masyarakat dunia.
Kelima, keterampilan sosial. Santri harus diajarkan keterampilan sosial, seperti komunikasi efektif, kepemimpinan, kerja sama, dan empati. Ini akan membantu mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan yang sehat. Santri perlu diberikan pemahaman bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Artinya, manusia itu saling membutuhkan antara satu sama lain. Demikian juga halnya dengan santri. Santri masa depan adalah santri yang membutuhkan dan dibutuhkan orang lain. Rasa saling membutuhkan inilah akan melahirkan kompetensi sosial antar sesama tanpa melihat status sosial dalam suatu kehidupan sosial, baik lokal maupun global.
Keenam, penghargaan terhadap ilmu. Santri perlu dimotivasi untuk menghargai, memuliakan, dan mencintai ilmu pengetahuan dan belajar secara kontinyu tanpa batas usia. Ini dilakukan agar santri selalu terupdate ilmunya dan terbantu mereka dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas dan mendalam dalam berbagai disiplin ilmu yang mereka kuasai.
Ketujuh, penguatan iman. Santri harus dibantu untuk memperkuat iman dengan melakukan berbagai bentuk ibadah, berdoa, berzikir, dan mengkaji ajaran Islam secara rutin. Termasuk juga dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti mengaji, mengkaji dan melakukan aktivitas sosial yang mendukung nilai-nilai agama Islam.
Kedelapan, lingkungan yang positif. Santri harus selalu tinggal dalam lingkungan yang positif, baik di rumah maupun di pesantren dan dihindari pengaruh negatif serta diberikan dukungan emosional serta fisik yang mereka butuhkan. Santri yang tinggal dalam lingkungan positif akan bertindak, berpikir, dan mendukungnya untuk mengamalkan yang positif serta menghindari yang negatif.
Kesembilan, pendidikan seumur hidup. Santri harus diajarkan untuk selalu belajar dan bergumul dalam pendidikan sepanjang hidupnya. Ini bisa dilakukan melalui membaca, mengikuti kursus, menghadiri, seminar, dan berusaha mencari dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Ini tujuannya untuk mengupdate ilmu pengetahuan dan tidak tertinggal informasi, karena setiap saat akan ada hal-hal dan informasi yang baru dan terbaru untuk diketahui dengan segera.
Kesepuluh, menjadi figur yang baik. Maksudnya santri harus meniru prilaku orang-orang yang berakhlak mulia, orang-orang yang sukses dalam hidup, baik orang dewasa di sekitar mereka, maupun para tokoh, ulama, pejuang, ilmuwan, negarawan dan lainnya di tempat lain yang telah memberikan contoh bagaimana menata dan menempuh hidup dan kehidupan yang benar dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan alam sekitarnya dalam bingkai duniawi dan ukhrawi.
Kesebelas, keterlibatan orang tua: Orang tua harus terlibat dalam kehidupan santri, misalnya mendengarkan apa yang mereka katakan, mendukung dan memenuhi kebutuhan mereka, memberikan perhatian penuh, mendoakan, serta memotivasi mereka dalam hal-hal yang positif untuk mencapai keberhasilan. Selain itu, keterlibatan orang tua yang seperti ini, akan membuat santri bersemangat dan merasakan energi baru dalam kehidupannya.
Kesebelas faktor di atas bukanlah faktor yang baku. Ada kemungkinan faktor-faktor lain juga perlu diperhatikan dan ditambahkan. Melahirkan santri masa depan adalah perjalanan panjang dan memerlukan kesabaran, perencanaan, dan upaya yang berkelanjutan. Santri adalah individu yang unik, jadi penting untuk memahami kebutuhan dan minat mereka serta memberikan dukungan yang sesuai.
Adapun yang berkaitan dengan masa depan santri, tentu sangat bervariasi, tergantung pada beberapa faktor, termasuk tujuan, minat, bakat, dan upaya yang dilakukan dalam mengembangkan diri. Namun, ada beberapa kemungkinan arah masa depan yang dapat dijelaskan untuk santri:
Pertama, pendidikan tinggi (ta’līm ‘āli). Santri tidak hanya meraih sebatas pendidikan di lembaga pesantren, tapi harus berusaha semaksimal mungkin untuk menempuh pendidikan di jenjang yang paling tinggi. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi menawarkan banyak hal untuk mahasiswa, yang berbeda dengan tawaran di lembaga pesantren. Tidak sedikit santri yang memilih untuk meraih pendidikan tinggi setelah menyelesaikan pendidikan agama di pesantren. Mereka dapat mendaftar sebagai mahasiswa di universitas atau perguruan tinggi untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, humaniora, atau studi agama, ekonomi, keguruan, dan sebagainya.
Kedua, karier profesional. Santri berhak dan boleh berkarir, memilih masuk dunia kerja sebelum atau setelah menyelesaikan pendidikan. Mereka dapat mengembangkan karier sesuai bidang yang mereka tekuni, seperti; bisnis, teknologi, kedokteran, kemiliteran, jurnalistik, komunikasi, pendidikan, pemerintahan, politik, dan sebagainya. Dengan karir itu, masa depan santri akan gemilang, karena kemungkinan besar, pelaku bisnis, teknolog, politikus, tantara, jurnalis, pakar komunikasi, tokoh pendidikan, pejabat, dan lainnya, nantinya akan dipenuhi oleh kaum yang berbasis pesantren. Mereka berkarir secara profesional dengan landasan agama dan iman yang kuat sehingga mereka menjadi aset umat yang memajukan agama, bangsa, dan negara.
Ketiga, pemimpin agama. Mayoritas santri setelah lulus atau selesai pendidikan dari pesantren akan memilih untuk menjadi pemimpin atau tokoh agama, seperti; ulama, dai, atau ustadz, untuk mengajar dan membimbing masyarakat dalam menjalankan praktik ajaran agama dengan benar. Cita-cita menjadi tokoh atau pemimpin agama sudah direncanakan sejak masuk pesantren. Ini termasuk cita-cita mulia karena tidak semua orang mau bergelut dalam bidang ini. Selain itu, ini juga termasuk tugas berat yang harus diemban oleh tokoh agama. Masa depan santri nantinya menjadi masa depan yang ditunggu-tunggu oleh umat, karena mereka akan dipersiapkan untuk menjadi tokoh agama, pemimpin masjid, pesantren, atau lembaga pendidikan agama, atau bahkan terlibat dalam pekerjaan amal dan kemanusiaan.
Keempat, wirausaha. Tidak semua santri ingin menjadi tokoh agama masa akan datang. Di antara mereka ada yang berminat dan ingin sukses dalam kewirausahaan. Mereka dapat memulai usaha sendiri, mulai dari awal sampai maju dan sukses. Melalui wirausaha ini, mereka dapat membantu orang lain dengan cara memperkerjakan orang-orang yang membutuhkan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Pendidikan agama dan nilai-nilai yang mereka pelajari selama pendidikan di pesantren dapat membantu mereka membangun bisnis dengan etika yang kuat, jujur, amanah, adil, tanggung jawab, dan sebagainya.
Penting untuk diingat bahwa masa depan santri sangat dipengaruhi oleh pilihan individu dan keadaan pribadi mereka. Selain itu, dukungan keluarga, komunitas, dan pendidikan yang mereka terima selama di pesantren akan memainkan peran kunci dalam membentuk masa depan mereka. Masa depan santri sangat beragam, dan banyak faktor yang memengaruhi pilihan dan jalan hidup mereka sehingga menjadi santri sukses masa depan dan masa depan kesuksesan santri.