TAWASSUTH.ID – Proses belajar di dayah/pesantren ada kebiasan mulia yang secara konsisten dilakukan oleh para guru mengajarkan santri untuk menghormati dan mendoakan pengarang kitab. Para guru mengajak membacakan doa untuk pengarang kitab untuk memperoleh keberkahan sebagai bentuk terimakasih dan manifestasi penghormatan kepada pengarang kitab karena telah menyusun kitab sehingga memudahkan mempelajari ilmu atau penguak tabir pemahaman bagi santri, biasanya mengirimkan doa tersebut dilakukan sebelum pembelajaran dimulai.
Kebiasaan tersebut dipercaya oleh santri dari dayah/pesantren mempunyai kekuatan-kekuatan supernatural yang tidak bisa dijelaskan secara logik tetapi itu bersifat pasti dan nyata. Kebiasaan ini bagi santri sebagai hal terpenting dalam belajar kitab, seperti ungkapan pribahasa bahwa “kacang tidak boleh lupa akan kulitnya”.
Karena itu, sangat penting untuk mendoakan para pengarang kitab sebagai wujud tanggung jawab dan etika seorang santri. Sebab, kitab-kitab yang mereka tulis inilah yang akhirnya para santri tidak menemui kesulitan yang besar untuk bisa mendapatkan ilmu.
Saya melihat bahwa kegiatan mendoakan pengarang kitab/buku sudah jarang kita jumpai diluar dayah/pesantren, kebanyakan orang yang membaca buku atau mempelajari ilmu mereka hanya akan membaca saja tanpa mendoakan yang mengarang atau menulis ilmu tersebut.
Menurut saya perlu diimplimentasikan di perguruan tinggi agama kebiasaan dalam mengedapankan etika/adab terhadap: kitab/buku, pengarang kitab, guru dan ilmu, harus dilestarikan agar mendapatkan keberkahan dalam mencari ilmu. Para ulama dari masa ke masa selalu mendahulukan mempelajari adab. Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata, “dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Tulisan ini berdasarkan pengalaman penulis di dayah darut Thalibin Mesda Keutapang Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara yang dipimpin oleh Abu H. Hasballah Ali (Abu Keutapang). Ilmu, amal dan etika/adab santri kepada: kitab, pengarang kitab, dan guru merupakan komponen penting dan wajib di dayah/pesantren. Email penulis: sison.bahri@gmail.com
Semoga diwariskan untuk generasi selanjutnya
amin