Oleh: Taufiqul Hadi (Dosen Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe)

Tawassuth.id – Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam. Peristiwa ini memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun sosial. Peristiwa ini terjadi pada malam hari, ketika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem (Isra’). Yang kemudian ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh (Mi’raj). Selain menjadi mukjizat yang memperlihatkan keagungan Allah SWT, Isra’ dan Mi’raj juga menyimpan pelajaran yang relevan bagi kehidupan manusia hingga saat ini.
Isra’ adalah perjalanan horizontal Nabi Muhammad SAW yang berlangsung dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga simbol solidaritas umat manusia. Masjidil Aqsha adalah salah satu tempat suci yang menjadi titik temu agama-agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Hal ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Perjalanan Isra’ juga menunjukkan pentingnya hubungan antarumat manusia dalam menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Dengan kata lain, makna yang bisa dipetik adalah hidup tidak hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga tentang kontribusi kepada masyarakat.
Adapun Mi’raj melambangkan perjalanan spiritual yang membawa manusia mendekat kepada Allah SWT. Dalam perjalanan ini, Nabi menerima perintah shalat lima waktu yang menjadi tiang agama bagi umat Islam. Makna shalat yang Nabi terima mempunyai makna yang mendalam. Shalat tidak hanya sebatas ibadah ritual untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun juga media untuk menenangkan hati dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Sehingga makna yang dapat dipetik di sini adalah pentingnya keseimbangan antara dimensi spiritual dan material dalam kehidupan manusia.
Isra’ dan Mi’raj mengajarkan berbagai nilai moral yang relevan untuk kehidupan sehari-hari. Peristiwa ini menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah (hablum minallah) dan sesama manusia (hablum minannas). Shalat sebagai ibadah yang Allah perintahkan dalam Mi’raj merupakan sarana untuk berkomunikasi langsung dengan-Nya, sedangkan Isra’ merupakan perjalanan yang mengajarkan tentang pentingnya solidaritas sosial dan menjaga perdamaian antarumat manusia.