TAWASSUTH.ID – Dr. Taufiqul Hadi, Lc., M.A. memaparkan orasi imiah pada kegiatan Yudisium semester genap tahun akademik 2022/2023 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe, yang diikuti oleh 59 lulusan di aula lantai 3 fakultas Syariah pada Rabu (20/9/2023).
Dalam orasinya tersebut, Taufiqul Hadi menyampaikan bahwa dalam tradisi fikih, konsep al-Khurūj ‘alā al-Ḥākim dimaknai dengan gerakan perlawanan bersenjata terhadap pemimpin atau pemerintahan. Sebagian besar para fukaha menetapkan larangan gerakan ini meskipun dalam hal ini pemimpin sudah bertindak sewenang-wenang selama ia tidak menunjukkan kekufuran yang nyata.
Dalam konteks pergolakan politik di dunia Arab pada awal 2011 yang kemudian disebut Arab Spring, dan secara khusus terkait revolusi di Suriah yang berkembang menjadi perang bersaudara, menimbulkan perdebatan di antara para ulama terkait gerakan rakyat yang ingin menggulingkan rezim yang diktator dan perdebatan ini pun mengarah kepada diskursus al-Khurūj ‘alā al-Ḥākim.
Taufiqul Hadi mengkaji dua tokoh yang terlibat intens dalam diskursus tersebut, yaitu Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi dan Yusuf Al-Qaradawi. Kedua tokoh ini memiliki pandangan yang berseberangan terkait isu al-Khurūj ‘alā al-Ḥākim dalam konteks revolusi di Suriah, di mana Al-Buthi menolak untuk mendukung revolusi dan menyebutnya sebagai bagian dari al-Khurūj ‘alā al-Ḥākim, sebaliknya Al-Qaradawi mendukung revolusi dan menolak pandangan yang menyatakan gerakan tersebut merupakan bagian dari al-Khurūj ‘alā al-Ḥākim melainkan bagian dari jihad.
“Penelitian ini menggunakan teori kognisi sosial Teun A. Van Dijk dalam Critical Discourse Studies untuk melihat keterlibatan kognisi sosial dalam proses penggalian hukum (istinbath) yang dilakukan oleh Al-Buthi dan Al-Qaradawi” Paparnya.
Ia menambahkan “Dengan menggunakan teori ini terlihat keterlibatan kognisi sosial dalam fatwa Al-Buthi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya baik dari pendidikan hingga pengalaman hidupnya dalam menghadapi realitas politik Suriah, sedangkan Al-Qaradawi dipengaruhi oleh wacana perang sektarian di Suriah dan afiliasinya terhadap kelompok oposisi Suriah”
Di akhir orasinya Taufiqul Hadi menaruh harapan agar bangsa Indonesia mengambil pelajaran dari gejolak di Timur Tengah tersebut, “Konflik di Suriah dan di negara Arab lainnya banyak dipengaruhi oleh pemahaman teks keagamaan yang disokong dengan kognisi sosial sehingga memproduksi pemahaman keagamaan yang mengikuti tren politik dan ideologi tertentu, maka selayaknya kita yang menganut moderasi dalam beragama, mengambil pelajaran dari konflik-konflik tersebut, mengingat sebentar lagi bangsa Indonesia akan menghadapi tahun politik yang sangat rentan terjadi konflik sosial di tengah masyarakat. Semoga pergolakan politik yang pernah terjadi di beberapa negara Arab tersebut tidak terjadi di Tanah Air kita ini” tutupnya.