Oleh: Taufiqul Hadi (Dosen Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe)

Tawassuth.id – Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 4 Februari sebagai Hari Internasional Persaudaraan Manusia (International Day of Human Fraternity). Penetapan ini berdasarkan pada peristiwa penandatanganan piagam persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia oleh Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayyeb dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 yang lalu.
Peristiwa tersebut berangkat dari kecemasan kedua pemuka agama ini akan maraknya perselisihan antar umat manusia, sehingga mereka menginisiasi satu hari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Sedunia. Hari Persaudaraan ini dapat menjadi landasan dalam memperkuat harmonisasi kehidupan manusia sebagai umat beragama melalui implementasi nilai-nilai moralitas.
Secara hakikat, manusia adalah makhluk sosial yang harus memiliki sikap saling peduli dan toleransi antar sesama. Namun pada kenyataannya, konflik dan sikap intoleransi masih menjadi masalah besar di dalam tubuh umat manusia.
Meskipun isu perdamaian terus di gaungkan, tetapi ketegangan politik internasional masih terus terjadi. Konflik di berbagai kawasan seperti perang antara Rusia-Ukraina, Israel-Palestina dan beragam konflik lainnya dapat menjadi ancaman nyata bagi kemanusiaan. Terlebih lagi, pada saat yang sama, dunia menghadapi isu perubahan iklim akibat dari ulah manusia yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
Kebutuhan akan forum dialog kemanusiaan sangat penting untuk merefleksi berbagai pemikiran dalam merespon dan memberi solusi atas krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini. Dalam hal ini, perspektif keagamaan dapat menjadi solusi tawar dalam menjembatani keberagaman untuk membangun perdamaian dunia.
Apa yang dilakukan oleh Kementerian Agama pada kegiatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024 di Semarang sangatlah tepat. Dengan mengambil momentum International Day of Human Fraternity. Ajang diskusi tahunan ini mengundang para pakar dan pimpinan agama dari dalam dan luar negeri.
Salah satu agenda pada kegiatan tersebut menampilkan dialog para pemuka keagamaan dalam religious leaders summit. Pertemuan ini sangat berharga dalam membuka wawasan dan pengalaman mereka dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian. Kegiatan AICIS ini juga menghasilkan Semarang Charter yang mengakui keragaman agama sebagai sumber kekuatan. Piagam ini merupakan komitmen bersama untuk merefleksikan ulang peran agama dalam menanggapi krisis kemanusiaan. Di samping turut mengajak untuk melakukan aksi nyata melalui kesadaran, dialog dan kolaborasi bersama antar umat beragama.
Persaudaraan Manusia dalam Islam
Islam memerintahkan setiap manusia untuk menyayangi sesama seperti menyayangi dirinya sendiri tanpa melihat latar belakang suku dan agamanya. Sikap ini dikenal dengan istilah ukhuwah.
Dalam surat Al-Hujurat ayat 13 Allah swt. berfirman “menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, Menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kamu saling kenal mengenal”. Dalam surat Al-Maidah ayat 2 “Dan tolong menolonglah dalam kebajikan (kebaikan) dan jangan kamu tolong menolong pada keburukan (munkar) dan permusuhan”.
Di dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidak sempurna keimanan seorang dari kalian, hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri”.
Hubungan antar sesama manusia ini di sebut ukhuwwah basyariah atau persaudaraan sesama manusia. Persaudaraan sesama muslim adalah ukhuwah Islamiah. Tujuan utama persaudaraan dalam Islam untuk saling mengenal sehingga terjalin kerjasama dan tolong menolong di dalam kebajikan, bukan saling bermusuhan dalam kemungkaran. Dengan bekerjasama dan saling tolong menolong dalam kebajikan, umat manusia dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian dalam bingkai persaudaraan. Persaudaraan ini cenderung berdasarkan pada jiwa kemanusiaan karena manusia memiliki rasa kasih sayang kepada sesama.
Maka terlihat, persaudaraan dalam Islam itu bersifat inklusif, tidak eksklusif. Persaudaraan ini berlandaskan sifat universal tanpa melihat perbedaan. Islam mendorong sikap toleransi antar umat beragama dan menghapus sikap diskriminasi berdasarkan agama.
Dalam memperingati Hari Internasional Persaudaraan Manusia, sebagai umat beragama kita perlu bersikap saling menghormati keragaman agama untuk mendorong persaudaraan manusia. Kita perlu saling tolong menolong dalam membangun dialog antar agama untuk menjembatani perdamaian dan stabilitas sosial politik baik di tingkat lokal, nasional, regional hingga global. Di samping, umat Islam juga tetap secara konsisten berpegang teguh pada filosofi Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.