Tawassuth.id – Peringatan Hari Santri 2024 yang jatuh pada 22 Oktober mengingatkan kita kembali akan peran besar santri dalam menjaga moralitas bangsa, khususnya di tengah dinamika sosial dan politik. Lebih dari sekadar penjaga tradisi keagamaan, santri dengan simbol kain sarungnya merupakan penjaga moderasi beragama yang menjadi penyejuk di tengah tantangan keberagaman dan gejolak politik. Moderasi beragama kini menjadi kata kunci bagi santri dalam menghadapi perubahan dunia, terutama di bidang politik, yang sering kali dipenuhi ekstremisme baik secara ideologis maupun pragmatis.
Kain sarung yang melekat erat dengan kehidupan santri bukan hanya simbol kesederhanaan, tetapi juga mencerminkan sikap luwes dan moderat. Dalam konteks politik, santri yang mengenakan sarung diibaratkan sebagai sosok yang mampu berjalan di antara berbagai kepentingan tanpa kehilangan pijakan nilai-nilai agama. Moderasi beragama menjadi panduan utama yang mereka bawa ke dalam ruang publik, di mana agama dipahami sebagai rahmat bagi semesta (rahmatan lil ‘alamin), dan bukan sebagai alat politik yang memecah belah.
Moderasi beragama, yang menekankan keseimbangan antara keyakinan agama yang kuat dan penghargaan terhadap perbedaan, adalah bagian dari karakter santri sejak lama. Dalam konteks politik, hal ini sangat relevan. Ketika dunia politik kerap kali menjadi ajang pertarungan ideologi yang keras, santri hadir sebagai penyeimbang, membawa nilai-nilai toleransi, dialog, dan perdamaian. Moderasi beragama yang diterapkan santri menjaga mereka dari kecenderungan ekstrem—baik ekstrem kanan dengan konservatisme kaku, maupun ekstrem kiri dengan liberalisme tanpa batas.
Santri memiliki peran unik sebagai penjaga stabilitas moral politik melalui pendekatan moderasi ini. Moderasi beragama bukan berarti kompromi terhadap prinsip-prinsip agama, tetapi kemampuan untuk tetap teguh pada ajaran agama sambil bersikap inklusif terhadap perbedaan pandangan dan keyakinan. Dengan demikian, santri mampu menawarkan solusi bagi dinamika politik yang seringkali terjebak dalam polarisasi.
Dalam politik praktis, moderasi beragama yang dibawa santri menjadi penting untuk menciptakan iklim politik yang sehat. Di tengah maraknya politisasi agama dan penggunaan retorika agama untuk kepentingan elektoral, santri harus menjadi penjaga dari upaya-upaya ini. Mereka dituntut untuk mengembalikan fungsi agama sebagai nilai etis yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan bersama, bukan sebagai alat kekuasaan.
Pada peringatan Hari Santri 2024 ini, penting untuk menegaskan bahwa moderasi beragama juga harus diterapkan dalam proses politik yang semakin kompleks. Santri, dengan segala nilai keagamaan yang mereka bawa, harus mampu menjadi aktor politik yang tidak hanya memperjuangkan kepentingan golongan, tetapi juga menjaga persatuan bangsa dan kemaslahatan umat. Dalam hal ini, kain sarung menjadi simbol bahwa di tengah arus politik yang sering kali keras dan penuh intrik, santri tetap memilih jalur yang lembut, sederhana, namun penuh makna, yakni jalan moderasi.
Santri yang moderat akan selalu berupaya mengharmoniskan antara tuntutan agama dan tuntutan politik dengan tidak meninggalkan jati diri mereka sebagai pejuang nilai-nilai kebaikan. Sikap moderasi ini penting di tengah isu-isu keberagaman yang kerap kali dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik semata. Kain sarung yang melekat pada santri, menjadi pengingat bahwa mereka adalah simbol kebaikan yang senantiasa mengedepankan kebersamaan di atas segala perbedaan.
Selamat Hari Santri 2024! Mari terus memperkuat peran santri dalam membangun politik yang berkeadilan, dengan menjunjung tinggi moderasi beragama sebagai kunci utama menghadirkan harmoni bagi bangsa.